Selamat datang di blog kastrat, jangan lupa tinggalkan pesan anda..^^

Rabu, 05 Agustus 2009

Demokrasi ala negeri akar rumput


lebih baik menyalakan sebuah lilin daripada sekedar mengutuk kegelapan”

Pemilu telah “berakhir,” berakhir dengan meninggalkan segudang masalah yang belum terselesaikan, jika ada lembaga Negara yang sekarang sedang sibuk menangani permasalahan pemilu maka itulah Mahkamah Konstitusi. Sebagai calon presiden yang merasa dirugikan, Megawati dan Jusuf Kalla melaporkan sejumlah pelanggaran pemilu baik yang dilakukan oleh KPU sebagai otoritas penyelenggara pemilu maupun pasangan yang menang Susilo Bambang Y. Isu yang terutama dipermasalahkan adalah masalah DPT yang pada H-1 pelaksanaan pemilu masih “amburadul.” Oleh mereka KPU dianggap gagal menyelenggarakan pemilu yang adil, KPU dianggap telah melakukan pelanggaran HAM karena menghilangkan hak pilih sebagian rakyat Indonesia bahkan mereka mengklaim bahwa penyelenggaraan pemilu tahun 2009 terburuk sepanjang sejarah negeri ini. Terlepas dari apapun yang terjadi tulisan ini bukan bermaksud untuk menjustifikasi tindakan yang dilakukan oleh kedua pasangan calon tersebut terhadap KPU atau usaha untuk mendukung calon yang menjadi pemenang pemilu tapi tulisan ini untuk sebuah renungan bagi bangsa ini.

Pemilu pada hakikatnya dilakukan untuk memilih nahkoda bagi bahtera besar bangsa ini untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, kita butuh seorang pemimpin untuk mengeluarkan bangsa ini keluar dari berbagai permasalahan klasik. Namun sangat disayangkan jika pelaksanaan event yang tidak murah ini malah menyebabkan bangsa ini mengalami disintergrasi politik para elitnya, memang sulit membedakan kepentingan pribadi dan kepentingan rakyat dalam ranah meraih jabatan/kekuasaan. Rasanya bumi kandung negeri ini masih sedikit melahirkan negarawan-negarawan sejati yang mengorbankan egonya demi kepentingan yang lebih besar. Di Negara-negara yang memiliki alam demokrasi yang maju, calon yang kalah dalam pemilu sibuk mempersiapkan pidato pengakuan kekalahan, tetapi berbanding terbalik di negeri akar rumput para calon yang kalah malah sibuk menyiapkan pembela hukum untuk melakukan sejumlah tuntutan. Permasalahan sehabis pemilu bukan hanya terjadi pada pemilu presiden saja tetapi juga pemilu dalam memilih kepala-kepala daerah lain seperti yang terjadi di Maluku Utara yang malah menimbulkan konflik horizontal di sana. Permasalahan-permasalahan tersebut ibarat bom waktu bagi negeri ini, yang sewaktu-waktu siap meledak kapan saja dan menimbulkan dampak yang buruk bagi persatuan bangsa ini.

Tentu perpecahan bangsa bukanlah hal yang diharapkan oleh kita semua, terlebih lagi bangsa ini dibeli dengan darah dan nyawa yang tidak sedikit jangan sampai peristiwa memilukan sehabis pemilu di Iran terjadi pula di negeri tercinta ini, tetapi kemungkinan hal itu terjadi mungkin saja jika ranah ego sudah bermain dalam diri para elit politik bangsa. Kita berharap pemilu bukanlah arena untuk menghasilkan sang pemenang dan sang pecundang tetapi adalah sebuah ajang untuk menghasilkan negarawan-negarawan yang berpikir arif dan bijaksana yang lebih mengedepankan jiwa kebangsaannya daripada egonya. Ya kita berharap…


Sebuah Renungan Klasik : Oleh Taufans (Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Study Pembangunan FE Unpad)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar